dengan gontai berjalan melewati trotoar. sesampaidi perempatan jalan, dia mendatangi kios mungil dibawah pohon sono, "kok baru nyampek ian, udah waktunya loper koran sore" ucap Darsono kepada Rianti. "maaf bang, tadi ada ekstrakuliker." kata Rianti yang masih berseragam utih abu-abu.
Waktu menunjukkan pukul 14.30, Rianti dengan sepeda apncal milik Darsono membawa 40 eksemplar koran sore. berawal di perumahan PNS, Rianti meloperkan koran sore kepada pelanggannya.
Baru melemparkan 10 eksemplar, tiba-tiba awan putih makin tertutupi mendung disertai beberapa kilatan-kilatan cahay yang saling menyambar.
Dicarinya mantelkuning tipis dikeranjang sepeda. naas, mantel pemberian Darsono lupa dibawa.
takut korannya basah, maka Rianti pun berteduh di depan rumah bergaya romawi.
30 koran sore pun dibekapnya, agar tidak terkena air hujan. Rianti merupakan pelajar kelas XI jurusan IPA. selain pelajar, disetiap sore hari ia terpaksa meloper koran. maklum Rianti bertahan hidup dari loper koran. Ibunya meninggal sejak ia SMP. Bapaknyake Kalimantan untuk mencari kepingan uang dan pulang setiap enam bulan sekali. Rianti hanya tinggal dirumah sempit bersama neneknya yang sudah berusia lanjut.
Adzan maghrib pun bersua. Tak terasa air mata Rianti berjatuhan dan ia mulai sesenggukan sembari mendeka korannya. Tanpa ia sadari, ada seorang bapak berpenampilan laiknya seorang kuli pekerja proyek. Bapak itu berjalan mendekati Rianti yang sedang menangis, Rianti pun mulau takut dan dia sempat berpikir macam-macam "jangan-jangan bapaknya punya maksud yang tidak baik" gumam Rianti. Diluar dugaan Rianti, ternyata bapak tersebut malah memberi Rianti Sebuah jas hujan. Rianti pun mengucapkan terima kasih berkali-kali, lalu ia meneruskan pekerjaannya meloper koran di perumahan PNS termasuk rumah kepala sekolahnya. selama Perjalanannya Rianti mendapat beberapa teguran dari Pelanggan "koran sore kok terbit malam" ucap salah satu pelanggannya.
40 eksemplar telah habis ia loperkan. Rianti oun kembali ke kios bang Darsono. "kok baru sampek ti?"."ia bang, tadi jas hujannya ketinggalan jadi aku berteduh di pinggir jalan, bang aku langsung pulang ya.." sahut Rianti pada bang Darsono
sesampainya dirumah, Rianti langsung mandi dan bersiap belajar dan mengerjakan PR bahasa Indonesia membuat cerpen. tanpa sdar, Rianti tertidur akibat kelelahan meloper koran.
Pukul 04.45 Rianti terbangun dan bersiap meloperkan koran pagi. 40 eksemplar ditatanya pada keranjang sepeda Darsono. selama perjalanan ia berusaha mengayuh sepeda sekencang-kencangnya karena ia terus teringat akan cerpennya yang belum selesai. setelah 40 eksemplar habis, ia segera pulang dan bersiap berangkat sekolah.
Ia sampai di sekolah tepat dua menit sebelum bel sekolah berbunyi. ia pun mulai gusar karena cerpennya belum selesai, lalu ia meneruskan cerpennya. bahkan lima menit setelah bel pun ia baru menemukan konfliknya, ia gelisah dan takut akan hukuman yang diberikan gurunya kepadanya.
lima belas menit kemudian datanglah seorang guru berkerudung coklat, ia membawa sepucuk kertas. guru tersebut masuk ke kelas Rianti dan berkata bahwa guru bahasa Indonesia berhalangan hadir karena ada salah satu keluarganyqa yang meninggal. Rianti pun tersenyum selebar-lebarnya seakan-akan ia telah keluar dari penjara selama lima tahun. Cerpen Rianti sudah selesai dan ia ingin merayakan kemenangannya itu dengan cara TIDUR!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar