Pages

Senin, 06 Agustus 2012

Lilin Gelas Kaca

Cinta itu kopi. Pahit, sedikit gurih dan membuat orang ketagihan. Gula, cream, kafein, arah dan cara mengaduk akan menentukan nilai kopi. Meskipun ada Arabica dan Robusta yang sangat berbeda, tapi bahan-bahan itu dapat memfusikan diri dengan kesempurnaan. Cinta rasa kopilah yang akan mengawali kisah ini dan akan berakhir pada cangkir kopi yang kosong. Sekosong cangkir tanpa tetesan terakhir tapi meninggalkan aroma dan plak yang tidak bisa pudar. Terpaku diam, menatap bulan dan menekuri secangkir kopi. Tatapan matanya tampak terang melebihi terangnya gemintang yang mampu menembus kelamnya malam. Sesekali ia merunduk, mengalirkan sebagian sinarnya pada benda berukuran 10 cm X 5 cm X 0.5 cm di depannya. Benda itupun seketika bersinar begitu terjadi sebuah tabrakan antara permukaan tangan lembutnya yang bak sutra dengan permukaan metal. Sebagian sinar itu terbias ke wajah cantiknya. Segaris senyum pun merekah di bibir begitu ia mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang berada di seberang sana. aku tahu kamu belum tidur. Jaga tidurmu sampai tengah nanti karena sesuatu sedang berlangsung dan bakal menghampirimu tepat diantara dua malam ini. ‘Baiklah, akan ku tunggu’ hanya itu jawaban yang ada di pikiran Widya ketika selesai membaca pesan dari kinan. Kinan, dialah yang mengirim pesan itu tepat saat jam analog menunjukkan pukul 23.00. dia adalah teman malam Widya. Teman yang selalu menjadi penghangat diantara kebekuan malam, dialah satu-satunya teman yang masih hidup saat mata tak bisa lagi menutup, pikiran tak berputar, dan hati yang sepi. Malam selalu menjadi indah dan lebih indah dengan kehadiran ‘manusia kelelawar’. Widya dan Kinan baru saja berteman, tapi entah kenapa mereka langsung cocok. Mungkin karena mempunyai penyakit yang cenderung sama, insomnia. Penyakit sukar tidur itu membawa Widya pada dunia malam yang sepi namun indah, suram tapi sempurna. Karena disana dia bisa menikmati dinginnya angin yang menusuk tulang, membelai bulu kuduk dan kadang menyakitkan. Tapi belakangan ini, malam-malamnya kian menghangat karena kehadiran kinan. Kehangatan itu kian menjalar dan lebur bersama aliran darah yang melewati otak, jantung, hati dan paru-paru. Saat malam datang, tanpa sadar organ-organnya selalu bekerja lebih baik ketika nama Kinan muncul di layar smartphone, komputer atau bahkan hanya dipikiran belaka. 23.15, rasa kantuk mulai menyerang Widya. entah kenapa malam ini dia merasakan kantuk yang begitu hebat. Padahal biasanya Widya akan mulai mengantuk jika malam sudah menyisakan sepertiga tubuhnya. Kantuk menjadi hebat dan semakin hebat. Tapi pikirannya tak bisa terpejam, dan hanya berpikir supaya dia tidak tidur malam ini. Kinan akan mengisi malamnya ini dengan sesuatu yang sudah direncanakan dan Widya harus menerima itu karena dia mencintai kinan dengan segala sesuatunya. Kopi. Ya, mungkin kopi bisa membantunya lagi mengusir kantuk yang kian menjadi. Diambilnya kopi instant yang selalu ada di rak pantry. Menuangkannya ke dalam cangkir, mengkombinasikan serbuk-serbuk kopi dengan air hangat. Dan mengaduknya perlahan, melingkari cangkir dan membentuk huruf Z agar bahan-bahan yang berbeda tersebut bisa melebur menjadi satu kesatuan. Lumayan, kopi dapat menghilangkan 50 % kantuk yang menyerangnya tiba-tiba. Terdengar deru mesin kendaraan yang berhenti di depan pintu rumah. “Mungkin Kinan”, pikir Widya. Sontak Widya pun meninggalkan kamarnya dan sedikit berlari menuju halaman depan untuk mengecek keadaan deru mesin yang tiba-tiba berhenti di depan rumahnya. Dan benar saja, Kinan lah pemiliknya. “ikut aku” kata Kinan “ kemana? “ “ menemui sesuatu. Ayolah, gak usah mikir lama-lama.” “ya, baiklah.” Jawab Widya sambil menaiki mobil Kinan. Kinan menggiring Widya menuju mobilnya, menutup matanya dengan kain hitam. Ia ingin memberikan kesan bahwa semuanya telah diatur demi sebuah kesempurnaan. Mereka menuju sebuah tanah lapang yang letaknya tidak jauh dari rumah Widya. Kinan memegang tangan Widya dengan sangat hati-hati seakan ia tidak mau kehilangan tangan itu. Widya tampak gelisah, dan Kinan berhasil menafsirkan raut muka Widya yang sedikit takut. “tenang aja, aku gak bakalan nyakitin kamu Wid.” Kata Kinan meykinkan Widya “iya, aku percaya” “aku lepasin dulu penutup matanya, ya. tapi kamu jangan buka mata dulu sebelum ada aba-aba dari aku.” “oke” “satu, dua, tiga, silakan buka mata” Widya terhenyak begitu melihat tanah lapang yang biasa ia pakai joging berubah jadi taman yang bertaburan lilin meja warna-warni beraromatheraphy berbentuk hati yang mengelilingi kaki mereka berdua. Ia hanya bisa terdiam melihat kejutan yang Kinan berikan untuknya. Ia tidak menyangka bahwa manusia kelelawarnya yang selalu menunjukkan sisi humorisnya mendadak menjadi seseorang yang sangat romantis. Ini menambah nilai plus Kinan di mata Widya. “gimana Wid?? Bagus enggak?? Aku buad ini dari tadi sore lhoo.” “bagus, bagus banget kok.” “dengerin aku, please.” “pastilah. Ngomong, gih. Cepetan.” “lilin-lilin ini tuh buat kamu. aku sengaja ngasih lilin ini ke kamu biar kamu gak pernah ngerasa kegelapan. Meskipun ada bulan dan bintang, lilin ini akan lebih terang di banding mereka. Lilin ini gak akan bisa habis karena dalam gelas kaca. Aku ingin kamu menjadi lilin di hati aku dan aku yang menjadi gelas kacanya. Api, cahaya dan panas yang akan ada dan tumbuh melalui hati kita. Apakah kamu mau menjadi lilin dalam gelas kacaku?” “aku mau menjadi penyempurnamu dengan menjadi lilin. Aku yang akan menjaga api, cahaya dan panas agar tak lagi terkoyak. karena tanpa gelas kaca, aku hanya sebatang lilin rapuh yang kian lama kian tak terbentuk. Aku akan mengisi kekosonganmu. Dan bersamamu, aku akan selalu ada.” “pinter banget sih, kamu.” “jelas, dong. Terus?” “terus apa?” “masak gitu doang?” “emang harus gimana?” “cinta-cintanya besok aja. Kan ini buat kejutan.” “kejutan? Besok? Terus sekarang? “iya,, ini buat kejutan ulang tahunnya Tara. Besok.” “jadi, ini semua buat Tara?” “iya, di samping pohon itu kan ada tulisan Kinan Love Tara. Masak gak baca sih?” “kinan, aku pulang.” “kamu kenapa Wid?” “aku kira semua ini buat aku. Karena aku suka kamu, Kinan.” “aku gak tahu perasaan kamu, Wid. Sorry. Aku sudah terlanjur suka sama Tara bahkan sebelum aku kenal kamu.” “gak ada yang salah. Aku pulang.” Suram. Hati Widya menjadi suram setelah mengetahui bahwa Kinan ternyata mencintai orang lain. Ia yang terlalu mengharapkan Kinan tanpa memedulikan perasaan Kinan. Kinan akan tetap menjadi ‘manusia kelelawar’ Widya dan teman mengosongkan cangkir kopi. Widya kembali pada gelas kopi yang menghitam dan meninggalkan plak yang tidak bisa memudar. Meskipun membuat kopi baru, plak akan tetap berada disana bahkan menebal bersama kopi-kopi lain.