Desir ini datang terlalu cepat. Bahkan saat aku belum menemukannya. Jangankan menemukannya, berfikir pun belum. Pikiranku terlalu penuh oleh hal-hal lain. Tapi bayanganmu selalu menyembul disela-sela otakku. Rasanya, bayanganmu telah menjadi sebuah sel dalam otakku. Sel abadi, yang tak pernah padam atau hilang.
Aku memandangmu sebagai pintu. Saat pintumu belum terbuka. Aku sudah menunggu. Bahkan menanti. Hanya untuk melihatmu. Hanya melihatmu!! Sudah lebih dimataku.
Daun pintumu saja belum bergerak. Tapi asaku sudah melambung. Terbang dengan sayapnya. Meninggalkanku jauh. Jauh, sejauh radiasi nuklir fukuyama.
Mungkin kau tak pernah melihat keberadaanku. Karena aku hanya sebuah plankton di samudra pasifik. Tenggelam bersama kekerdilanku. Dan bisa saja aku musnah tak tersisa.
Haruskah aku lari menghindari desir ini??. Retoris belaka. Ambigu kata-kata. Hah, dunia ini semakin fana dengan kehidupannya.
Saat asaku terbang, fikiranku terbang dan mereka menangkap satu hal. Satu hal yang mungkin sangat sulit untuk diucapkan. Sampai lidahku kelu. Dalam kekeluan jiwaku, AKU MENCINTAIMU
Senin, 28 Maret 2011
Rabu, 23 Maret 2011
Aku dan Kamu
Hari-hari semuku telah beranjak
meninggalkan sunyi
Diamku hilang senyum menyerang
Karenamu ..
Kau datang tiba-tiba
Tak memberiku waktu untuk berkata “ya”
Cukup sedikit katamu
Membuatku tergila-gila
Perhatianmu membuat dadaku sesak
Nafas pun seolah tergulung kembali
Dan mata ..
Seakan terpaut dengan matamu
Kau membuatku gila !!!
meninggalkan sunyi
Diamku hilang senyum menyerang
Karenamu ..
Kau datang tiba-tiba
Tak memberiku waktu untuk berkata “ya”
Cukup sedikit katamu
Membuatku tergila-gila
Perhatianmu membuat dadaku sesak
Nafas pun seolah tergulung kembali
Dan mata ..
Seakan terpaut dengan matamu
Kau membuatku gila !!!
Sambutlah sayaa ...
Aku telah lelah berdiri
Ditempat datar dengan sandiwaranya
Aku ingin mendaki
Meski bukan di ketinggian
Jalan menikung mungkin indah
Meski berbatu
Telah cukup aku dalam kediamanku
Dunia telah berubah
Revolusi terus bergulir
Mulut yang diam kini terbuka
Mata sayu jadi membara
Dunia ..
Sambutlah saya
Ditempat datar dengan sandiwaranya
Aku ingin mendaki
Meski bukan di ketinggian
Jalan menikung mungkin indah
Meski berbatu
Telah cukup aku dalam kediamanku
Dunia telah berubah
Revolusi terus bergulir
Mulut yang diam kini terbuka
Mata sayu jadi membara
Dunia ..
Sambutlah saya
Langganan:
Postingan (Atom)